Woensdag 19 November 2014

KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UN DAN TIPS MENGHADAPI UN


.Adapun penjelasan tentang aspek dan indikator kecemasan menghadapi ujian dalam artikel ini adalah sebagai berikut.
  1. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali
adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tidak terkondisikan yang seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akanterjadi dalam menghadapi ujian.
Adapun indikator manifestesi kognitif dalam kecemasan menghadapi ujian yaitu: sulit konsentrasi, bingung dan mental blocking.
Sulit konsentrasi dalam menghadapi ujian adalah suatu aktivitas berpikir siswa yang tidak bisa focus terhadap masalah yang akan diselesaikannya dalam menghadapi ujian. Sulit konsentrasi dalam ujian ditunjukkan dengan kesulitan dalam membaca dan memahami pertanyaan ujian, kesulitan berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat menjawab pertanyaan essai atau uraian.
Bingungadalah perasaan yang timbul saat siswa harus mengambil suatu keputusan yang sulit dalam menjawab soal ujian oleh karena terdapat beberapa laternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah karena pikirannya.Dalam kondisi pikiran yang bingung tersebut sehingga tidak dapat memilih jawaban yang benar.
Mental blocking adalah hambatan secara mental / psikologis yang menyelubungi pikiran siswa saat ujian sehingga tidak bisa berpikir dengan tenang.Manifestasi (kemunculan) mental blockingditunjukkan dengan pertanda bahwa saat membaca pertanyaan ujian, tiba-tiba pikiran seperti kosong (blank) dan kemungkinan tidak mengerti alur jawaban yang benar saat ujian atau bahkan lebih cemas lagi karena kehabisan waktu dalam pengerjaan soal ujian.
  1. Manifestasi afektif yang tidak terkendali
adalah kecemasan muncul sebagai akibat siswa merasakan perasaan yang berlebihan saat menghadapi ujian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut dalam menghadapi ujian terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator kondisi afektif dalam kecemasan menghadapi ujian, yaitu: takut, khawatir dan gelisah.
Menurut kamus “The concise of Oxford English Dictionary”, rasa khawatir adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami atau yang dibayangkan akan terjadi. Khawatir dalam menghadapi ujian adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang dibuat oleh siswa sendiri dan dibayangkan akan terjadi saat menghadapi ujian. Bayangan dan pikiran buruk yang dimaksud yaitu merasa khawatir apabila soal ujian terlalu sulit untuk dijawab, perkiraan antara apa yang dipelajari tidak keluar dalam ujian.
Takut adalah suatu perasaan tidak berani menghadapi sesuatu yang pada perasaannya akan mendatangkan bencana bagi siswa saat menghadapi ujian (Zainal,2011). Rasa takut tersebut membuat siswa menjadi tidak berdaya untuk berpikir dengan baik karena selalu dibayangi oleh bencana yang dibayangkan karena kemungkinan tidak bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, takut tidak lulus, dan takut duduk paling depan sehingga tidak bisa tenang dalam ujian.
Gelisah adalah perasaan tidak tentram yang dialami siswa saat ujian sehingga membuatnya tidak percaya diri untuk bisa menghadapi ujian dengan baik (Poerwadarmita, 1986).Rasa gelisah dalam menghadapi ujian muncul karena siswa tidak bisa menemukan jawaban soal yang sulit, waktu yang disediakan dirasa tidak cukup dan merasa gelisah ketika ada siswa yang sudah mendahului selesai mengerjakan soal ujian.
  1. Perilaku motorik yang tidak terkendali
adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan oleh siswa ketika menghadapi ujian. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator perilaku motorik dalam kecemasan menghadapi ujian, yaitu: gemetar.
Gemetaradalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja, karena merasakan suatu ancaman ketika menghadapi ujian seperti diharuskan untuk menjawab soal dengan cepat, diharuskan duduk di depan dan keterbatasan waktu yang tersedia saat ujian. Semua gerakan ini tanpa disadari dan dapat mempengaruhi tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara dan kaki (Bararah, 2011). Pada umumnya kategori kecemasan menghadapi ujian diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu sangat cemas yang artinya siswa tidak dapat mengendalikan manifestasi kognitif, afektif dan perilaku motoriknya; cukup cemas yang artinya siswa agak merasa cemas dalam menghadapi ujian; dan tidak cemas artinya siswa dapat mengendalikan manifestasi kognitif, afektif dan perilaku motoriknya. Tingkatan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudjana (1996).
Dan adapun beberapa hal yang dapat dilakukan siswa lakukan sebelum, selama dan sesudah ujian untuk mengurangi kecemasan menghadapi ujian (Arief Furchan, 2009).
  1. Gunakan teknik belajar untuk dapat menguasai materi yang akan diujikan secara kognitif. Penguasaan ini akan membantu siswa mendekati ujian dengan rasa percaya diri, dan bukan rasa cemas yang berlebihan.
  2. Bersikap positif ketika belajar. Berfikir keberhasilan, bukan kegagalan. Dan menganggap ujian itu sebagai suatu kesempatan untuk menunjukkan seberapa jauh anda telah memahami materi yang diujikan.
  3. Masuklah ke ruang ujian dengan kondisi cukup istirahat dan makan cukup. Tidur dengan cukup di malam menjelang ujian. Makan makanan yang ringan dan bergizi sebelum ujian.
  4. Tetap santai ketika ujian berlangsung. Menarik nafas pelan-pelan dan dalam-dalam. Ini dapat membatu memusatkan perhatian pada pernyataan positif seperti “saya dapat mengerjakan ini”.
  5. Mengikuti rencana belajar yang sudah dibuat untuk menghadapi ujian. Jangan panic meskipun seandainya ujian itu ternyata sulit. Tetaplah dengan rencana belajar yang telah dibuat.
  6. Jangan mempedulikan siswa lain yang menyelesaikan ujian terlebih dahulu daripada anda. Gunakan waktu yang anda perlukan untuk berusaha sebaik mungkin.
  7. Sesudah menyelesaikan ujian itu dan menyerahkan jawaban anda, lupakanlah ujian itu sementara. Tak ada lagi yang dapat anda lakukan sampai hasil ujian itu dikembalikan kepada anda. Alihkan perhatian dan usaha anda pada tugas dan ujian baru yang akan datang.
  8. Ketika hasil ujian itu dikembalikan kepada anda, analisalah hasil itu untuk mengetahui dimana kekurangan dan kelebihan anda dalam ujian tersebut. Belajarlah dari kesalahan dan keberhasilan anda. Terapkan pengetahuan ini ketika anda mengikuti ujian berikutnya. Untuk berhasil dalam ujian, seharusnya menguasai materi ujian itu.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking